Monday, April 8, 2013

cintaku 1

"Hai net, apa kabar?"
"Eh no, I'm fine. How bout you?"
" Baik juga hehe, sendirian?"
"Iya nih, kamu sama siapa no?"
"Sendiri juga, kan jam makan siang. Boleh duduk bareng?"

Siang ini new york terasa sangat berbeda, ada dia yang menemaniku. Dia seseorang yang dulu pernah mengisi hari-hariku, dia itu dia.
"Net, aku duluan ya. Abis ini ada meeting. I gotta run hehehe. Bye. I'll call you later! See ya!."
"See ya!"
Oh crap! I'm gonna miss my meeting either! Well, hari ini benar2 membosankan. Aku harus menjalani keseharianku dengan lembaran-lembaran katalog desain pakaian. Gaya terbaru dalam dunia fashion. Untuk bulan februari ini, aku masih harus menyelesaikan katalog-katalog baru. Musim ini cocok motif apa ya?
+
Siang ini dingin sekali, hembusan angin menerpa tubuhku hingga menusuk sampai tulang. Aku hampir pingsan ditengah keramaian siang ini. Aku lemas sekali. Darah di kepalaku terasa memberku seketika. Aku lelah sekali. Mungkin aku kelelahan karena semalam aku bergadang untuk menyelesaikan katalog fesyenku.

Fantasi-fantasi akan masa lalu terus berrputar dalam pikiranku. Fantasiku akan diriku yang dulu. Aku yang sering menggunakan rok pendek dan kaus putih oblong. Bermain kejar-kejaran dengan seorang anak laki-laki yang aku senangi untuk dikerjai. Lari mengelilingi sekolah hanya untuk mengejarnya.

Anak laki-laki itu..... Apakah Ia akan kembali? Apakah dia akan bersamaku lagi? Ah aku terlalu banyak berharap. Dia tidak mungkin kembali seperti dulu. Dulu kami masih sama-sama muda dan lugu. Sekarang kami memlikin hidup masing-masing. Sama-sama bekerja di negeri orang. Sama-sama memiliki kesibukan sendiri.

Aku mengingat seorang gadis yang dulu tergila-gila pada anak laki-laki itu. Dia sering menatapku dengan tatapan sinis dan tidak bersahabat. Dia sering bertanya-tanya apakah aku menyukai anak laki-laki yang ia sukai itu.

Diandra. Ah ya! Itu namanya. Gadis bermata sinis. Gadis yang selalu membuatku malas untuk datang ke sekolah. Gadis yang jarang membawa bekal makanan ke sekolah-berbeda denganku.
+
"Net, sini deh."
"Iya kenapa kak?"
"Kamu kok bisa pacaran sih sama Dino?"
"Ya gak tau kak, biasa aja sih hehe kakak bisa nanya sendiri sama Dino-nya."
Percakapan kami berhenti sampai disitu. Diandra berjalan meninggalkanku sendirian. Entah mengapa. Apa karena Ia masih menyukai Dino atau entahlah.

Buku-buku berserakan saat aku terjatuh karena menabrak seorang anak laki-laki di hadapanku. Dino. Dino menabrakku dengan sengaja dan perlahan membantuku merapikan buku-buku yang berserakan. Dino tersenyum dan berkata "Net, ini bukunya." Jawabku, "Makasih Kak, eh Din."
"Nah gitu dong jangan manggil kakak lagi, kan sekarang aku pacar kamu."
"Hehehe iya deh Din."
"Net, berat kan bukunya? Sini aku bantuin. Mau di taruh dimana?"
"Eh gak usah...."
"Nah yuk! Ah pasti kantor guru deh."
"Hehehe makasih banyak ya Din."
"Anytime cantik."

Buku-buku yang kubawa sedari tadi terasa lebih ringan karena ada Dino yang membantuku membawa buku. Dino memiliki senyuman yang amat manis. Senyuman yang membuatnya terlihat berbeda. Rambutnya yang dibentuk sedemikian rupa, membuatnya terlihat sangat manis.

Seragam berwarna pink( kemeja atasan) dan celana pendek berwarna merah yang Ia kenakan terlihat sangat lucu. Kemeja pink-nya kebesaran. Ia terlihat sangat kurus dengan baju itu. Dino sangat amat lucu.
+
Bel sekolahpun berbunyi. Aku segera melonjak dari kursi dan hendak berlari ke arah pintu kelasku, tempat dimana Dino menungguku. Memang iya, Dino pulang dengan mamanya, dan aku bersama dengan teman-teman lain naik jemputan. Tapi Ia selalu menantiku didepan kelas.

"Net, yukkkk!"
"Yuk Din. Kamu sama mama? Aku ditunggu sama Aurel didepan hehehe."
"Yaudah aku anter sampe jemputan ya, Net."
"Makasih ya, Din. Byeeee."

Sesampainya aku dirumah, Dino meneleponku dan mengajak aku mengobrol. Menyenangkan, ya sangat menyenangkan. Dia berbeda sekali dengan yang lainnya. Dia sangat manis. Aku menyayanginya.

Cinta? Aku belum pernah merasakannya. Aku ingin mengetahui, apakah yang dimaksud dengan perasaan ini..

Bersambung....

Terulang kembali.

Okay. Bertemu dengannya lagi. itu semua membuat aku mengingat semua kenangan yang tak ingin aku ulang. Kenangan yang terlalu indah untuk di ingat, bahkan dikenang. Dia lagi yang hadir. Aku rasa dia telah pergi untuk selamanya, ternyata tidak. Dia datang lagi dan membuat beberapa kenangan manis yang menurutku sendiri tak patut untuk kukenang. 
Yap. Tentu saja aku masih mengingat senyumannya. Tentu saja aku masih mengingat suaranya. Caranya berjalan. Caranya berjalan kearahku. Caranya menatapku. Caranya menggenggam tanganku. Caranya meletakkan tangannya di atas tanganku dan kemudian secara perlahan menggenggam tanganku.
  Itu semua terlalu manis. 
Aku telah menghapusnya dari memori otakku. Mungkin aku memang masih mengenal keluarganya, bahkan sangat dekat dengan keluarganya, tapi dia hanya sebatas teman kecil. Teman yang dulu pernah membuatku kembali lagi untuk bermain di lapangan basket. Teman yang dulu membuatku tertawa sepuasnya. Sudah. Sudahlah. Hanya sebatas itu saja. Tidak lebih. Hanya sebatas teman. 
Ya, jika saja suatu saat nanti aku bertemu dengannya lagi, mungkin semua akan berubah, 
mungkin.